Refleksi : Momentum Agustusan Bukan Sekedar Seremonial

gambar ilustrasi, inset Aris Felani,S.Sos/wakil ketua LPBNU Kab Pasuruan

Setiap bulan Agustus, masyarakat Indonesia menyambut Hari Kemerdekaan dengan gegap gempita. Upacara, lomba rakyat, dan pesta hiburan menjadi tradisi yang melekat. 

Namun, perlu kita sadari bahwa makna agustusan sejatinya jauh lebih dalam daripada sekadar seremonial dan euforia sesaat.

Kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan tidaklah murah. Darah, air mata, dan pengorbanan menjadi harga yang harus dibayar. 

Ironisnya, hari ini bangsa kita masih dihadapkan pada persoalan serius: korupsi yang merajalela, kesenjangan sosial, serta lemahnya penegakan hukum. 

Fenomena ini seolah mencederai cita-cita luhur para pendiri bangsa yang menginginkan Indonesia merdeka, adil, dan makmur.

Dalam konteks ini, peran pemuda menjadi sangat krusial. Pemuda adalah motor perubahan sekaligus penjaga arah bangsa.

Sayangnya, banyak di antara generasi muda saat ini lebih fokus pada hiburan sesaat tanpa ada bentuk program yang berkelanjutan. Euforia agustusan diwarnai hura-hura, tetapi minim refleksi dan minim aksi nyata.

Seharusnya, momentum agustusan dapat dijadikan ajang bagi pemuda untuk merancang gagasan, menguatkan solidaritas, dan menghadirkan gerakan yang berdampak jangka panjang bagi masyarakat. Bukan sekadar menunggu momen perayaan, melainkan terus bekerja, berinovasi, dan menjadi garda terdepan dalam melawan praktik korupsi, menumbuhkan kemandirian ekonomi, serta menghidupkan semangat gotong royong.

Agustusan adalah panggilan. Ia mengingatkan kita bahwa kemerdekaan bukanlah hadiah, melainkan amanah. Dan amanah itu hanya bisa dijaga dengan kerja nyata, keberanian melawan ketidakadilan, serta komitmen pemuda untuk menghadirkan program yang berkelanjutan bagi kejayaan Indonesia.


Penulis : Aris Felani,S.Sos | Wakil Ketua LPBI NU Kab.Pasuruan


Travel

More »